INVEST don't speculate

Investing is a sure way to win the games of stock market. But the success comes in taking one by one little steps of stair rather than riding an elevator.

GOLDEN RULES in stock investing

BE GREEDY WHEN OTHERS ARE FEARFUL, BE FEARFUL WHEN OTHERS ARE GREEDY!

PETER LYNCH

buy a good business

This is default featured slide 4 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

Tampilkan postingan dengan label fundamental. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label fundamental. Tampilkan semua postingan

Sabtu, 28 Juni 2014

PTBA - a conversation with director finance of PTBA 23 june 2014

PTBA
Produser Batubara Terlama dan Paling Berpengalaman di Indonesia







download PTBA latest presentation (may 2014)
http://ptba.co.id/assets/datafiles/PTBA_Presentation_MEI.pdf

Pada hari Senin ini 23 Juni 2014 , penulis berkesempatan untuk menghadiri investor gathering yang diadakan di Hotel Hilton oleh danareksa sekuritas di Bandung.
Pada kesempatan kali ini ada 3 perusahaan yang presentasi , yaitu PTBA , ANTM, dan TINS
Ketiganya adalah perusahaan pelat merah (BUMN)

Penulis senang karena bisa mendengar secara langsung paparan publik dari direktur finance masing-masing perusahaan. Namun penulis sangat tertarik dengan paparan PTBA yang disampaikan oleh Bapak Achmad Sudarto.

Berikut poin penting yang disampaikan oleh Bapak Achmad Sudarto (Finance Director of PTBA)
PTBA EMAS - di tahun 2018 PTBA bakal produce around 50 juta ton batubara
PTBA sekarang lagi shifting dari perusahaan coal menuju perusahaan energi di mana nanti pada tahun 2018 , 30-35% revenue bakal disumbang dari energy (power plant, gas), dan probably bottom line akan mencapai 3x-4x lipat dari target tahun 2014. (For info tahun 2014 PTBA asumsi sekurang2nya bakal sampai net income 2 trilyun rupiah, atau sekira EPS 870)


Pro :
- PTBA no debt, and rich of cash (3 trilyun lebih)
- Total Sumber Daya 7.29 milyar ton, total cadangan yang sudah proven 2 miliar ton
(apabila produksi batubara PTBA 20 juta ton per tahun berarti PTBA bisa nambang at least 100 tahun lagi)
- Stripping ratio PTBA salah satu yang paling rendah di antara produsen coal lainnya

Cons :
- Sangat tergantung pada kereta, karena produksi dari lokasi penambangan di Tanjung Enim berjarak jauh ke jetties (namun penulis rasa ga usah kuatir sebab sudah ada action riil untuk penambahan kapasitas kereta , salah satunya pembangunan double track)

3 permasalahan yang penulis tanyakan kepada Bapak Achmad Sudarto
1) Tanya : Bagaimana menurut bapak tentang kemungkinan kenaikan tarif royalti menjadi 13.5%?
Jawab : Kemungkinan besar itu tidak akan dilakukan, karena bila itu dilakukan para pemegang IUP kecil akan tutup produksi. Namun apabila dilakukan PTBA mungkin menderita kerugian sekitar penurunan 2% dari net profit margin saat ini sekitar 17% menjadi 15%

2) Tanya : Bagaimana menurut bapak tentang pembatasan produksi pemerintah tahun 2014 sekitar 390-400 jt ton, sedangkan target produksi PTBA malah naik?
Jawab : Pemegang IUP tidak dibatasi produksinya, hanya pemegang PKP2B yang dibatasi, so PTBA bisa on track dengan target produksinya di tahun 2014 ini.

3) Tanya : Bagaimana menurut bapak tentang shale gas?
Jawab : Shale gas ini revolusioner. Hanya saja kecil sekali kemungkinan untuk bisa menggantikan peran coal di emerging countries seperti halnya China. Why?
Sebab ada perbedaan antara power plant di US dengan China. Power Plant di US adalah "hybrid" dalam arti power plant di US didesign untuk dapat menerima 2 bahan bakar yaitu coal atau gas, sedang power plant di China adalah tipe single yang hanya bisa menerima bahan bakar coal.
So menurut kamu mungkin ga China ganti power plant mereka ke gas?

Coal fired power plant didesign untuk kurang lebih 25 taun operasi dan memakan biaya yang sangat besar. Jadi rasanya hampir tidak mungkin shale gas akan dapat menggeser peran coal di waktu yang singkat ini.
China memakai konsumsi coal 4 milyar ton setiap tahun sedangkan total produksi Indonesia dan Australia aja bila digabung hanya 600jt ton, jadi masih ada defisit yang cukup lebar antara demand dan supply.
China memang memiliki sendiri tambang coal, namun apabila mereka bandingkan mereka produksi sendiri dan impor dari indonesia dan australia , akan lebih menguntungkan bagi mereka (China) untuk impor dari kita.


Kesimpulan :
Penulis berkeyakinan tinggal hanya menunggu waktu saja untuk sektor industri batubara pulih kembali, mungkin di sekitar 2015-2018 (rough guess) sektor batubara akan menggeliat kembali.
Penurunan saham sektor batubara yang cukup besar dari tahun tahun sebelumnya memberikan peluang yang sangat menarik bagi kita para investor untuk membelinya.

Saham batubara yang menarik menurut penulis:
PTBA , KKGI, ITMG ,ADRO

analisa lengkap mungkin akan penulis share di lain waktu (apabila saya sempat :D)

Stay tuned and stay rational
Subscribe this blog and spread it if u find useful.
Shendy Lukito

Shendy Lukito
SAHAM101.COM



Sabtu, 07 Juni 2014

PARADIGMA LAIN DALAM VALUASI! - memandang saham sebagai obligasi bertumbuh - (BBRI)

CARA LAIN YANG SIMPLE UNTUK MEMVALUASI SEBUAH SAHAM
"paradigma melihat saham sebagai obligasi yang memberikan coupon bertumbuh"
sample case : Bank Rakyat Indonesia Tbk (BBRI)


Pada artikel terdahulu penulis sudah pernah  menuliskan sebuah kerangka untuk berinvestasi di saham yang baik, kerangka investasi ini disebut  "4 puzzle analysis", bagi yang belon baca ada baiknya dibaca dulu artikelnya.

Pada artikel kali ini penulis ingin membahas sebuah cara simple pengganti bagian terakhir dari bagian ke-4 dari "4 puzzle analysis" which is VALUASI.  

ok let's get to the point.. here's the step..


  • STEP 2 --> CARI LONG TERM GOVERNMENT BOND INDO (pake yang 10 years = 8.2% , bisa diliat di www.ibpa.co.id)

  • STEP 3 --> BANDINGKAN YIELD BOND DENGAN EARNING YIELD SAHAM YANG SUDAH DI ANALISIS.


rumus earning yield = 1/PE
misal PE 10 , berarti earning yield 10% , misal PE 20 berarti earning yield 5%, dan seterusnya


ok bingung pastinya kl ga pake contoh..
let's check it out..



  • STEP 2  --> yield 10 years bond indo = 8.2%

  • STEP 3 -->  earning yield BRI using EPS 2013 = 875 and current price 6 juni 2014 BBRI Rp 10.075

PE BBRI = 11.51x , earning yield BBRI = 8.7%
bandingkan earning yield BRI (8.7%) vs dengan yield bond indo (8.2%)

dan terakhir tanyakan pada diri anda..
apabila anda harus memilih..

1) apakah anda akan berinvestasi di bond indo dengan FIXED RATE 8.2% ?
2) ataukah anda akan berinvestasi di BANK RAKYAT INDONESIA TBK (BBRI) dengan coupon 8.7% yang tiap tahunnya bertumbuh sekitar 29% (CAGR 29% net income dan juga book value dari tahun 2008-2013)?


JELAS JAWABANnya adalah no 2 kan?  (jadi serasa kampanye.. lol)


so dengan konsep sesederhana ini..
kita bisa tau dengan cepat apakah kita sudah berinvestasi dengan bijak atau tidak.


Notes : 
-konsep valuasi alternatif ini bisa dilakukan apabila anda sudah melakukan 3 puzzle analysis yang pertama, yaitu 1) business 2) management 3) numbers and growth
-konsep ini bisa dipelajari lebih lanjut di buku "warren buffet and the interpretation of financial statement - mary buffett & david clark"
-penulis membuat sedikit penyesuaian terhadap metode di atas namun tidak mengubah esensinya.


Stay tuned and stay rational..
Subscribe this blog and spread it if u find useful
Shendy lukito - saham101.com



Minggu, 20 April 2014

The Top 17 Investing Quotes of All Time

The Top 17 Investing Quotes of All Time

(source : http://www.investopedia.com/financial-edge/0511/the-top-17-investing-quotes-of-all-time.aspx)

1. "An investment in knowledge pays the best interest." - Benjamin Franklin
When it comes to investing, nothing will pay off more than educating yourself. Do the necessary research, study and analysis before making any investment decisions.

2. "Bottoms in the investment world don't end with four-year lows; they end with 10- or 15-year lows." - Jim Rogers
While 10-15 year lows are not common, they do happen. During these down times, don't be shy about going against the trend and investing; you could make a fortune by making a bold move - or lose your shirt. Remember quote #1 and invest in an industry you've researched thoroughly. Then, be prepared to see your investment sink lower before it turns around and starts to pay off.

3. "I will tell you how to become rich. Close the doors. Be fearful when others are greedy. Be greedy when others are fearful." - Warren Buffett
Be prepared to invest in a down market and to "get out" in a soaring market. (For more, read Think Like Warren Buffett.)

4. "The stock market is filled with individuals who know the price of everything, but the value of nothing." - Phillip Fisher
Another testament to the fact that investing without an education and research will ultimately lead to regrettable investment decisions. Research is much more than just listening to popular opinion.

5. "In investing, what is comfortable is rarely profitable." - Robert Arnott
At times, you will have to step out of your comfort zone to realize significant gains. Know the boundaries of your comfort zone and practice stepping out of it in small doses. As much as you need to know the market, you need to know yourself too. Can you handle staying in when everyone else is jumping ship? Or getting out during the biggest rally of the century? There's no room for pride in this kind of self-analysis. The best investment strategy can turn into the worst if you don't have the stomach to see it through.

6. "How many millionaires do you know who have become wealthy by investing in savings accounts? I rest my case." - Robert G. Allen
Though investing in a savings account is a sure bet, your gains will be minimal given the extremely low interest rates. But don't forgo one completely. A savings account is a reliable place for an emergency fund, whereas a market investment is not. (To learn more, see Savings Accounts Not Always The Best Place For Cash Assets.)

7. "Invest in yourself. Your career is the engine of your wealth." - Paul Clitheroe
We all want wealth, but how do we achieve it? It starts with a successful career which relies on your skills and talents. Invest in yourself through school, books, or a quality job where you can acquire a quality skill set. Identify your talents and find a way to turn them into an income-generating vehicle. In doing so, you can truly leverage your career into an "engine of your wealth."

8. "Every once in a while, the market does something so stupid it takes your breath away." - Jim Cramer
There are no sure bets in the world of investing; there is risk in everything. Be prepared for the ups and downs. (To read more on how Cramer makes his pick, see Cramer's 'Mad Money' Recap: Tools of the Trade.

9. "The individual investor should act consistently as an investor and not as a speculator." - Ben Graham
You are an investor, not someone who can predict the future. Base your decisions on real facts and analysis rather than risky, speculative forecasts.

10. "It's not how much money you make, but how much money you keep, how hard it works for you, and how many generations you keep it for." - Robert Kiyosaki
If you're a millionaire by the time you're 30, but blow it all by age 40, you've gained nothing. Grow and protect your investment portfolio by carefully diversifying it, and you may find yourself funding many generations to come.

11. "Know what you own, and know why you own it." - Peter Lynch
Do your homework before making a decision. And once you've made a decision, make sure to re-evaluate your portfolio on a timely basis. A wise holding today may not be a wise holding in the future.

12. "Financial peace isn't the acquisition of stuff. It's learning to live on less than you make, so you can give money back and have money to invest. You can't win until you do this." - Dave Ramsey
By being modest in your spending, you can ensure you will have enough for retirement and can give back to the community as well.

13. "Investing should be more like watching paint dry or watching grass grow. If you want excitement, take $800 and go to Las Vegas." - Paul Samuelson
If you think investing is gambling, you're doing it wrong. The work involved requires planning and patience. However, the gains you see over time are indeed exciting! (For more reasons to be patient, check out Patience Is A Trader's Virtue.)

14. "I would not pre-pay. I would invest instead and let the investments cover it." - Dave Ramsey
A perfect answer to the question: "Should I pay off my _____(fill in the blank) or invest for retirement?" That said, a credit card balance ringing up 30% can turn into a black hole if not paid off quickly. Basically, pay off debt at high interest rates and keep debt at low ones.

15. "The four most dangerous words in investing are: 'this time it's different.'" - Sir John Templeton
Follow market trends and history. Don't speculate that this particular time will be any different. For example, a major key to investing in a particular stock or bond fund is its performance over five years. Nothing shorter.

16. "Wide diversification is only required when investors do not understand what they are doing." - Warren Buffett
In the beginning, diversification is relevant. Once you've gotten your feet wet and have confidence in your investments, you can adjust your portfolio accordingly and make bigger bets. (For more reason to reduce your diversification, read The Dangers Of Over-Diversifying Your Portfolio.)

17. "You get recessions, you have stock market declines. If you don't understand that's going to happen, then you're not ready, you won't do well in the markets." - Peter Lynch
When hit with recessions or declines, you must stay the course. Economies are cyclical, and the markets have shown that they will recover. Make sure you are a part of those recoveries!

The Bottom Line
The world of investing can be cold and hard. But if you do thorough research and keep your head on straight, your chances of long-term success are good. Refer back to these quotes when you're feeling shaky or are confused about investing. How are they relevant to your experience? Do you have any favorite quotes to add? (To learn more from great investors, read Greatest Investors.)

(source: http://www.investopedia.com/financial-edge/0511/the-top-17-investing-quotes-of-all-time.aspx) 

Quotes number 1,3, 4, 11, 13, 16 are my favourites

notes : Sori penulis udah 2-3 bulan off nih.. 
Penulis akan berusaha untuk UPDATE blog ini minimal 4x dalam 1 bulan

Stay tuned and stay rational..
Subscribe this blog and spread it if u find useful.
Shendy lukito

Kamis, 10 April 2014

LPCK short notes

LPCK short updates based on LK 2013 

Current landbank 670 ha consist of  
291 ha residential @5jt/m2 
379ha industrial @2jt/m2 
Plot ratio 60% 
Shares outstanding 696jt dibuletin 700jt  

Quick NAV -> Rp18.968 / shares
Fair value 30% disc -> Rp 13.278/shares reflecting PE15x PBV5x FY2013  

Shendy Lukito 
Saham101.com

Rabu, 18 Desember 2013

Let's count !! Should we buy soto Ny. Siu Len?


Soto Ayam Ny. Siu Len
When u buy a stock, it means u're buying a little piece of the business..
If u buy at an attractive price for the whole business u're gonna make money.. if u aren't .. overtime you won't make money.
This is probably the most important thing in investing
- WB (speech on financial future of america's youth)











Di sebuah tempat di karawaci, tangerang, di dekat Universitas Pelita Harapan.
Ada tempat rumah makan soto ayam. Soto ayam madura "Ny. Siu len"


Soto ini sangat enak dan lezat. Harga soto ini sekitar Rp 20.000/porsi.
Mahasiswa UPH sangat gemar makan soto ini karena selain rasanya yang sangat enak , porsi cukup baik, dan harga pun terjangkau. Tak lupa sang empunya "Ny Siu Len" terbilang sangat ramah terhadap customer dan selalu mengingat nama-nama customer yang sering makan di rumah makannya.

Setiap hari Soto "Ny. Siu Len" tak pernah sepi peminat.
Ratusan mangkuk perhari pun habis terjual.

Anggaplah apabila kita pukul rata dalam setiap hari terjual 250 mangkuk
dalam satu bulan 30 hari, jadi dalam setahun Soto "Ny. Siu Len" berhasil menjual 
12bulan x 30 hari x 250 mangkuk x Rp 20.000 = RP 1.800.000.000
gross margin 50% = RP 900.000.000
laba bersih 30%  = RP 540.000.000

Nah suatu kali waktu sang empunya ingin untuk menjual sebagian sahamnya 20% dari kepemilikannya. Nilai keseluruhan bisnis rumah makan soto ayam "Ny. Siu Len" Rp 10.800.000.000 (sepuluh milyard delapan ratus juta rupiah) , berarti nilai 20% dari sahamnya ditawarkan senilai Rp  2.160.000.000 (dua milyard seratus enam puluh juta rupiah)

O ya berikut struktur permodalan dari Ny. Siu Len.
Total Asset  (kas + ruko + perlengkapan) Rp 2.500.000.000
Total Liabilities (hutang bank semua) Rp 500.000.000
Total Equity Rp 2.000.000.000

Pertanyaannya :
1) Apakah nilai yang ditawarkan sebesar Rp 2.160.000.000 adalah sebuah investasi yang baik untuk 20% kepemilikan Rumah makan soto ayam?
2) Berapakah harga yang pantas dibayarkan untuk 20% saham rumah makan soto ayam "Ny. Siu Len"?

Just leave your answer at the commentary section
Let's discuss :D

Stay tuned
Subscribe this blog and spread it if u find useful.
Shendy lukito

Sabtu, 14 Desember 2013

SSIA - a forgotten gem

SSIA - a forgotten gem

OUTPERFORM
date : 12/12/2013
TP : 900 - 1260
shendylukito

#1 : BUSINESS
unit bisnis SSIA

• SSIA’s primary businesses are Construction, Property (industrial estate, real estate and
rental property) and Hospitality.

In short : SSIA cukup menarik bisnisnya karena hampir dari hulu ke hilir..
Ada construction NRC , ada perusahaan property, sama ada recurring income dari perhotelan.


#2 : MANAGEMENT 

Penulis simple dalam melihat apakah management bisa dipercaya ato ngga..
Wise people said.. Ada 3 hal yang kita lihat dalam menilai seseorang "integritas, intellectual, sikap"
Dari ketiga hal itu integritas adalah yang utama.. Jika seseorang tidak punya integritas.. maka 2 hal itu akan merugikan perusahaan.

so.. penulis sering lihat dalam website perusahaan, laporan keuangan, keterangan pers..
Apakah management transparan dalam melaporkan usahanya?

Penulis menilai SSIA have a great management team.
Presiden Direktur : Johannes Suriadjaja
Preskom : Hagianto Kumala

dan seluruh jajaran managemen banyak yang jebolan Astra.

notes :
-coba liat website ssia (suryainternusa.com), sangat transparan dan investor friendly (tidak ada kesan untuk menutup-nutupi)
-baru2 ini tepatnya tgl 12 sept 2013 SSIA release bahwa mereka akan buyback sahamnya sebesar 200Miliar dengan harga maximal Rp 1000/share karena managemen meyakini bahwa Net asset value dari perusahaan berkisar Rp 1800/share.

#3 : NUMBERS
sales naek sangat baik.. namun net profit tergerus

Konstruksi menyumbang pendapatan tertinggi 61%, property 27%, hospitality 12%

Laba bersih disumbang oleh Property almost -+80%, konstruksi -+15% dan perhotelan -+5%

Current ratio above 1x.. GOOD!

Hutang dalam dollar sangat kecil .. Equity growth meningkat secara drastis . GOOD!

Land sold (ha) mengalami penurunan namun kenaikan harga jual membuat income stagnan/ mengalami sedikit penurunan.

Land bank di karawang mungkin cukup untuk sekitar -+3 tahun. Lumayan..

Conclusion : numbers are quiet great.. namun memang harus diakui ada perubahan di dalam komposisi pendapatan SSIA. Main driver dari pendapatan adalah konstruksi namun net margin kontruksi sangat kecil below 10% , sedangkan laba bersih SSIA ditopang sekitar 80% dari sektor property, dan semakin menurunnya land bank. So profitability SSIA penulis kira akan menyusust di tahun 2013 dan 2014.

Penulis berpendapat di 2013 dan 2014 Laba bersih SSIA akan sekitar sama dengan pendapatan 2012.. kurang lebih 700 milyard.


#4 : VALUATION
Cukup sulit menentukan metode valuasi untuk SSIA sebab tidak murni perusahaan property, ada hotel dan juga konstruksi.

Namun secara kasar perhitungan property karawang :

216 ha = 2.376 Milyard (1ha = 11 Milyard, asumsi 1m2 = US 100)
42 ha = 1.386 Milyard (1ha = 33 Milyard, asumsi 1m2 = US300)
Total 3.762 Milyard
Shares Outstanding 4,705 Milyard
NAV hanya karawang saja = 800/shares

*benernya harga tanah di sana udah naek sampe sekitar US 121.8/m2, tp kita itungnya konservatif.
(Komitmen penjualan yang belum dibukukan sebagai pendapatan usaha per akhir 9M13 tercatat 
sejumlah 59,5 hektar dengan harga rata-rata penjualan sebesar +/- US$ 121,8 per m2)
http://www.idx.co.id/Portals/0/StaticData/NewsAndAnnouncement/ANNOUNCEMENTSTOCK/From_EREP/201312/d3c7b3d276_709ff569fe.pdf

(Notes ini baru nav dari property karawang aja lho!! udah lebih gede dari harga saham saat ini.. :D)

ok ini test aja ya tambah landbank yang di bekasi
(asumsi lahan bekasi berhasil diakuisisi 500 ha di 2013, saya ga tau pasti brp hektar yang sudah berhasil di akuisisi oleh perusahaan sampe 9M13, i can't find the data)

500 ha x 70% x 8Milyard = 2.800 Milyard (1 ha = 8 milyard, asumsi 1m2 = US 70, seharusnya bisa around US 100 sih soalnya kemungkinan bakal dipasarin taun 2015 krg lebih sejalan dengan selesainya tol cilincing dibitung yang bakal mengangkat harga tanah di daerah bekasi)
NAV bekasi = 595/shares

Total NAV karawang + bekasi = 1395/shares

Blon itung asset hotel di grand melia Bali, Grand melia Jakarta, Ungasan Resort Bali, Graha Surya internusa, Plaza Glodok Hotel, Construction, dll

I believe SSIA krg lebih sama kaya penilaian management NAV around 1800
Dengan disc to nav 30%-50% harga wajar around 900-1260
Harga SSIA sekarang 13/12/2013 Rp 650/share

What r u waiting for.. :)

What next for SSIA?
Construction and Infrastructure:
Starting the milestone infrastructure project: Cikampek-Palimanan Toll Road, which IDR7.7Tn contract already obtained by Joint Operation NRC-Karabha in October 2012 and targeting to finish by Aug 2015.

Property:
Industrial Estate will continue development of phase 3 in Karawang and targeting to secure
additional licence and fully acquire of 1,000 ha in the adjacent area.
Build commercial area, warehousing and SFB with targeted commercial operation in the 2nd half of 2013.

Gradually acquire land from additional license of 2000 ha in Bekasi with
target to accumulate 500 ha by end of 2013.

Hospitality:
Eight (8) locations through out Indonesia have already been secured for budget hotels and targeted to operate in 2014.

Stay tuned
Subscribe this blog and spread it if u find useful.
Shendy lukito







Kamis, 05 Desember 2013

Memilih saham a la Ben Graham

PILIH SAHAM ALA BEN GRAHAM

PART 1 : SCREENING

Tulisan ini merupakan copas dari salah satu "another great blog" yang ada di pojok kanan bawah blog saya (sama sekali tidak saya edit kecuali penataan saja agar terlihat lebih baik) :


Tidak diragukan lagi bahwa Benjamin Graham merupakan pelopor dari value investing. Graham memandang saham sebagai sebuah bisnis dan bukan hanya sebagai komoditi perdagangan. Menurut Graham, investasi adalah tindakan yang melalui analisis mendalam, menjanjikan keamanan modal kita dan memberikan imbal hasil yang memuaskan. Tindakan-tindakan yang tidak memenuhi syarat-syarat tersebut bersifat spekulatif. Graham sendiri cenderung berhati-hati dan konservatif dalam memilih saham. Hal ini dapat dimaklumi karena kepanikan pasar tahun 1907 telah menyebabkan kebangkrutan bagi keluarganya akibat tindakan spekulatif di bursa saham.
Graham sendiri tidak luput dari depresi besar tahun 1929 yang menyebabkan dana investasi nasabah yang dikelolanya ikut terseret bersama dengan investor lain. Berangkat dari sinilah Graham mulai meletakkan dasar-dasar filosofi investasinya yang bersifat konservatif dan bertujuan untuk melindungi keamanan modal. 

Kenyataan membuktikan bahwa Graham hanya membutuhkan waktu lima tahun untuk mengembalikan modal nasabahnya sementara DJIA membutuhkan waktu 25 tahun untuk kembali ke level sebelum depresi besar terjadi. Tentu saja ini membuat nama Graham semakin bersinar dan mendapatkan penghormatan atas integritasnya sebagai fund manager. 

Salah satu muridnya yang bahkan dapat jauh melebihi track recordnya tak lain adalah Warren Buffett yang merupakan orang terkaya ke-2 di dunia sebagai hasil dari investasi. Oleh karena itu, tentulah akan sangat menarik untuk mencoba menerapkan strategi investasi Ben Graham. Walaupun untuk dapat secara akurat menerapkannya membutuhkan waktu dan usaha yang cukup besar, namun konsep-konsep dasar mengenai cara melakukan screening saham dan valuasi dari Graham bisa kita terapkan karena cukup sederhana.
Tulisan ini akan dipecah menjadi dua bagian.
1) Bagian pertama akan membahas mengenai strategi untuk melakukan screening saham-saham yang layak untuk menjadi sarana investasi kita. Yang dimaksud dengan screening adalah seperti ’menyaring’. Kita akan mencoba menyaring saham-saham yang memenuhi kriteria investasi Graham. Tentu saja, penyaringan tersebut bertujuan mencari saham-saham yang berfundamental kuat sehingga investasi kita tidak akan bersifat spekulatif.

2) Tulisan pada bagian kedua akan membahas bagaimana cara melakukan valuasi saham. Jika pada tulisan sebelumnya telah dipaparkan bagaimana cara menentukan harga wajar saham ala Buffett, maka kali ini kita akan mencoba melakukan valuasi menggunakan metode dari gurunya, yaitu Benjamin Graham. Prinsip-prinsip investasi Ben Graham dituangkan pada kedua bukunya yang sangat legendaris, yaitu Intellegent Investor dan Security Analysis. Konsepscreening Graham sendiri dengan sangat bagus telah dirangkum oleh John P. Reese dan Jack M. Forehand dalam bukunya: ‘The Guru Investor’. Rangkuman tersebut akan dipaparkan pada tulisan bagian pertama ini.
Strategi Graham dalam Memilih Saham
1.   Sektor. Graham secara pribadi tidak berinvestasi pada saham-saham teknologi. Oleh karena itu, kriteria pertama kita adalah sebagai berikut:
Sektor
Seluruh saham kecuali saham teknologi ≥ Pilih
Saham-saham teknologi < Buang

2.    Revenue. Untuk mengurangi risiko, Graham menginginkan perusahaan yang cukup besar karena kinerjanya cenderung lebih stabil, memiliki aset yang lebih besar, dan jarang memberikan kejutan-kejutan yang tidak mengenakkan. Graham merekomendasikan untuk berinvestasi pada perusahaan dengan revenue tahunan minimal $50 juta atau untuk kondisi saat ini setara dengan $340 juta.
Komentar: Kondisi di bursa saham AS berbeda dengan bursa saham Indonesia (BEI). Kapitalisasi pasar NYSE (New York Stock Exchange) adalah sekitar $28.5 triliun dengan jumlah perusahaan terdaftar sebanyak 2,773. Artinya, kapitalisasi pasar rata-rata perusahaan di NYSE adalah $10.3 miliar. BEI sendiri memiliki kapitalisasi pasar sebesar $233 miliar (dengan asumsi kurs USD/IDR 9200) dengan 405 perusahaan yang terdaftar. Berdasarkan hal tersebut, kapitalisasi pasar rata-rata perusahaan di BEI adalah $576 juta. Dengan membandingkan kapitalisasi rata-rata perusahaan di BEI terhadap NYSE, maka revenue minimal untuk penyesuaian kriteria Graham untuk BEI adalah sebesar ($576 juta/$10.3 miliar) x $340 juta, atau sekitar $19 juta. Jika kita nyatakan dalam Rupiah, nilai tersebut setara dengan Rp 175 miliar. Dengan demikian kriteria kedua kita adalah:
Revenue:
≥ Rp 175 miliar  Pilih
< Rp 175 miliar  Buang 

3.    Current Ratio. Graham menyukai perusahaan dengan likuiditas yang tinggi sehingga risiko terkena permasalahan keuangan menjadi semakin kecil. Salah satu parameter yang bisa digunakan untuk mengukur tingkat likuiditas adalah current ratio (current assets / current liabilities). Maka kriteria ketiga adalah:
Current Ratio
Current Ratio ≥ 2 → PilihCurrent ratio  < 2 dan perusahaan adalah perusahaan utilitas atau telekomunikasi → Pilih
Current ratio < 2 untuk perusahaan selain itu → Buang

4.   Utang Jangka Panjang tehadap Net Current Assets. Graham tidak menyukai perusahaan yang utangnya terlalu besar. Yang dimaksud dengan net current assets adalahcurrent asset dikurangi dengan current liabilities atau biasa disebut juga dengan working capital (modal kerja). Kita harus memastikan bahwa jika saat ini juga aset suatu perusahaan dilikuidasi, perusahaan tersebut mampu untuk membayar utang baik jangka pendek maupun jangka panjang. Dengan demikian kriteria kita selanjutnya:
Utang Jangka Panjang / Net Current Assets
Utang Jangka Panjang ≥ Net Current Assets → PilihUtang Jangka Panjang < Net Current Assets → Buang

5.    Pertumbuhan EPS Jangka PanjangWalaupun Graham adalah pelopor value investing namun growth tetap berperan penting dalam pemilihan sahamnya. Berbeda dengan growth investing, Graham menggunakan pertumbuhan EPS (Earning per Share) masa lalu untuk memperkirakan pertumbuhan EPS di masa datang. Dengan kata lain, Graham menggunakan pertumbuhan EPS sebagai indikator kestabilan keuangan suatu perusahaan. Graham menggunakan data selama 10 tahun ke belakang sebagai acuan. Untuk lebih memastikan, Graham membandingkan EPS rata-rata selama 3 tahun pada akhir dari periode 10 tahun tersebut dengan EPS rata-rata selama 3 tahun pada awal dari periode 10 tahun tersebut. Dengan demikian:
Pertumbuhan EPS Jangka Panjang (10 tahun ke belakang)
≥ 30% dan tidak ada EPS yang negatif selama 5 tahun terakhir → Pilih< 30% → Buang≥ 30% dan ada EPS yang negatif selama 5 tahun terakhir → Buang

6.   P/E Ratio (Price to Earning Ratio). Rasio ini digunakan Graham untuk membandingkan harga wajar suatu saham terhadap harga yang diberikan oleh pasar. Graham menggunakan P/E ratio rata-rata selama 3 tahun terakhir. Oleh karena itu kriteria berikutnya adalah:
P/E Ratio
P/E ratio ≤ 15 → PilihP/E ratio > 15 → Buang

7.   P/BV Ratio (Price to Book Ratio). Rasio lain yang digunakan untuk membandingkan harga wajar saham dengan harga di pasar adalah P/BV ratio. Graham berpendapat bahwa perkalian antara P/BV ratio dengan P/E ratio tidak boleh melebihi 22. Dengan demikian:
P/BV Ratio
P/BV x P/E ≤ 22 → Pilih
P/BV x P/E > 22 → Buang

8.   Total D/E Ratio (Debt to Equity Ratio). Secara umum, total utang perusahaan baik jangka pendek maupun jangka panjang tidak boleh melebihi nilai ekuitasnya. Untuk perusahaan utilitas, telekomunikasi, dan jalan raya yang perlu diperhatikan adalah Long Term Debt to Equity Ratio saja karena adanya earning power. Maka:
Total D/E Ratio
D/E Ratio ≤ 100% → Pilih
Perusahaan utilitas, telekomunikasi, atau jalan raya LTD/E ≤ 100% → Pilih
D/E Ratio > 100% → Buang
Perusahaan utilitas, telekomunikasi, atau jalan raya LTD/E > 100% → Buang
9.    Konsistensi Pembayaran Dividen. Graham sangat menyukai perusahaan yang membayarkan dividen secara terus-menerus selama 20 tahun terakhir berapapun jumlahnya.
Komentar: Saat ini sudah sangat jarang perusahaan yang sangat konsisten membayarkan dividen. Perusahaan bisa saja tidak memberikan dividen namun mempergunakan labanya untuk keperluan ekpansi atau buyback sahamnya. Oleh karena itu saya pribadi tidak menjadikan kriteria ini sebagai suatu keharusan.
Kesembilan kriteria tersebut merupakan strategi Ben Graham untuk memilih suatu saham. Tentu saja untuk tahap selanjutnya kita juga harus mengetahui harga wajar dari suatu saham. Cara untuk mengetahuinya adalah dengan melakukan valuasi.
Pada bagian kedua dari tulisan ini akan dipaparkan bagaimana cara Graham untuk melakukan valuasi saham. Kita juga akan mencoba untuk melakukan studi kasus pada beberapa saham, baik screening maupun valuasinya.



PART 2 : VALUASI

Bagaimana Graham Melakukan Valuasi Saham?

Gemerlapnya bursa saham seringkali bisa membuat orang terlena. Secara alamiah manusia akan merasa lebih nyaman jika mengikuti pendapat bersama. Sayangnya di bursa saham, kebersamaan seringkali dapat menjerumuskan kita ke jurang terdalam. Euforia saham dot.com di Amerika Serikat pada akhir tahun ’90-an adalah hasil dari kesalahan penerjemahan  kolektif yang menyebabkan malapetaka bagi sebagian besar pesertanya. Hal yang mirip terjadi pada saat depresi besar melanda dunia pada tahun 1929. Para pelaku pasar sudah ’lupa’ bahwa harga saham tidak selamanya bisa naik, terlebih jika tidak ditopang oleh kondisi fundamental yang kuat. Di sinilah valuasi saham kita akan menjadi pijakan untuk dapat bersikap rasional di tengah hiruk pikuknya bursa saham.
Di luar dugaan saya, metode valuasi yang dipergunakan sangatlah sederhana, terlebih jika kita bandingkan dengan proses screening yang dilakukannya untuk mencari saham-saham berfundamental kokoh. Graham berargumen bahwa ia berusaha menggunakan formula yang sederhana dan bertujuan mendapatkan hasil yang mendekati hasil perhitungan dengan metode yang lebih kompleks.
Satu hal yang sangat penting adalah valuasi baru dapat dilakukan apabila suatu saham telah lolos dari screening seperti yang saya paparkan di artikel sebelumnya.
Formula yang digunakan Graham adalah sebagai berikut (Security Analysis, 1962):
V = EPS x (8.5 + 2G)
Di mana:
V = Nilai intrinsik saham (harga wajar saham)
EPS = Earning per Share
8.5 = P/E wajar untuk perusahaan yang tidak tumbuh labanya
G = tingkat pertumbuhan laba jangka panjang (7 -10 tahun)

Formula ini akan menghasilkan valuasi yang sangat agresif karena perusahaan yang tingkat pertumbuhan labanya 15% akan memiliki nilai wajar 38.5 x EPS.

Walaupun Graham menekankan perlunya margin of safety (selisih antara harga pasar dengan harga wajarnya), formula tersebut tetap terasa sangat agresif. Graham merekomendasikan margin of safety sebesar 50% yang berarti perusahaan seperti contoh di atas layak untuk dibeli jika harganya adalah 19.25 x EPS (dengan kata lain P/E ratio-nya adalah 19.25).

Akan sangat mudah untuk mencari saham-saham dengan P/E ratio sebesar itu dan agak meragukan jika saham dengan P/E ratio setinggi itu disebut dengan value stock.


Graham tampaknya menyadari kelemahan formula tersebut dan pada tahun 1974 ia merevisinya menjadi:
V = EPS x (8.5 + 2G) x (4.4/AAA)
Modifikasi tersebut menambahkan 4.4 yang merepresentasikan risk-free rate dan AAA yang merepresentasikan kupon (bunga) dari obligasi korporat berkualitas tinggi.

Kembali pada perusahaan pada pembahasan sebelumnya. Jika kupon obligasi berkualitas tinggi adalah sekitar 10%, maka harga wajarnya menjadi (8.5 + 2×15) x  (4.4/10) x EPS = 16.94 x EPS. Dengan margin of safety sebesar 50% maka saham tersebut layak dibeli pada harga 8.47 x EPS. Terlihat bahwa formula yang direvisi tersebut memberikan hasil yang lebih valid dibandingkan sebelumnya.

Komentar Saya:
4.4 → Nilai 4.4 yang merepresentasikan risk-free rate harus disesuaikan agar dapat diterapkan di Indonesia. Instrumen risk free-rate yang dapat digunakan adalah BI rate yang saat ini adalah 6.5%.
G → Kita harus sangat berhati-hati dalam memprediksikan pertumbuhan laba jangka panjang suatu perusahaan. Sangat sulit untuk mempertahankan pertumbuhan laba jangka panjang sebesar 15% secara konsisten (walaupun bukan berarti tidak ada).
Penawaran dari saya untuk modifikasi formula valuasi Graham untuk Indonesia adalah sebagai berikut:
V = EPS x (8.5 + 2G) x (6.5/AAA)

Contoh kasus 1: saham PT. Unilever (UNVR).
EPS = 399.769
G = 17.53 (saya mendapatkan nilai ini dari reuters) pada bagian long term growth rate. Karena nilainya terlalu tinggi saya turunkan menjadi 15 saja.
AAA = 11.625% (Obligasi Bank Ekspor Indonesia IV Tahun 2009 Seri B)

Dengan data yang ada tersebut maka harga wajar saham Unilever adalah sebagai berikut:
V = 399.769 x (8.5 + 2×15) x (6.5/11.625) =  8,893

Dengan margin of safety 50%, level aman untuk membeli saham UNVR adalah 4,446.
Nilai ini jauh di bawah harga saham UNVR saat ini, yaitu 15,800 yang merepresentasikan P/E ratio sebesar 39.52. Sangat tinggi, bahkan untuk saham di Indonesia.


Contoh kasus 2: saham PT. Adira Multi Finance (ADMF).
EPS = 399.769
G = 32.10 (saya agak kurang nyaman dengan nilai ini dan melakukan ‘downgrade’ menjadi 15)
AAA = 11.625% (Obligasi Bank Ekspor Indonesia IV Tahun 2009 Seri B)

Dengan data yang ada tersebut maka harga wajar saham ADMF adalah sebagai berikut:
V = 1,212.4 x (8.5 + 2×15) x (6.5/11.625) =  26,099

Dengan margin of safety 50%, level aman untuk membeli saham ADMF adalah 13,050. Harga saham ADMF saat ini adalah 9,150.

Jelas terlihat bahwa saham ADMF cukup menarik untuk dibeli pada level harga saat ini.
Demikian yang dapat disampaikan mengenai metode valuasi Graham. Tentu saja metode valuasi sudah jauh berkembang saat ini. Walaupun begitu, konsep mengenai valuasi ini dengan kesederhanaannya dapat menghindarkan kita dari pembelian saham yang harganya terlalu mahal

source :
part 1 : http://parahita.wordpress.com/2010/05/26/memilih-saham-a-la-benjamin-graham-bagian-1/
part 2 : http://parahita.wordpress.com/2010/05/26/memilih-saham-a-la-benjamin-graham-bagian-2/

Stay tuned
Subscribe this blog and spread it if u find useful.
Shendy lukito

Minggu, 03 November 2013

4TH PUZZLE : VALUATION (Part 5 of 5)

4TH PUZZLE : VALUATION (Part 5 of 5) 
no matter how wonderful the business is..
it won't be a good investment if we buy it at high price..

www.facebook.com/yozoia
Alkisah seorang temen penulis..
sebutlah si "Lan"
Seorang wanita yang tergolong pintar dalam berdagang pakaian wanita...

Lan sangat pandai untuk memilih pakaian wanita yang berkualitas tinggi dan menawan dengan harga rupawan (alias murah dan bisa dijual kembali dengan harga tinggi)

Berbulan-bulan dia mendapatkan keuntungan yang cukup lumayan dalam berbisnis pakaian wanita..

Sampai suatu ketika.. ketika keuntungan dalam berbisnis pakaian wanita mulai menggunung.. "Lan" mulai ingin berbisnis lain selain pakaian, "Lan" melihat tas wanita sedang trend sekali dan tertarik untuk berbisnis.

"Lan lalu membeli tas dalam jumlah besar dan tidak terlalu perduli dengan harganya.. (dalam benaknya lagi trend nih tas.. pasti saya bisa menjualnya dengan cepat dan mendapatkan keuntungan yang lumayan)"

Namun kenyataan berbicara lain,  bisnis tas tidak semanis yang diperkirakan oleh "Lan"
(namanya bisnis sedang trend sudah dipastikan kompetisi meningkat harga banting2an)

Penjualan slowdown.

Di sisi lain "Lan" mendapat saingan baru dari "Landa" yang menjual tas dengan harga super minim..
Sudah "Lan" beli dengan harga mahal ehh si pesaing menjatuhkan harga..

Bak jatuh, tertimpa tangga..
Merataplah "Lan" sambil memandangi bisnis tas yang baru saja dia tekuni dan berkata "WHY I BOUGHT THIS??"

Nah.. mungkin itu kisah pembuka dari bagian terakhir dari analisis 4 puzzle.
Mungkin para pembaca pun dapat menyimpulkan dengan cepat maksud tersirat dari cerita di atas.

Anggaplah kita sebagai si Lan..
Kita berinvestasi saham, kita sudah nyaman dan konsisten make profit with our analysis.

and then tiba2 ada saham sektor lain sedang BOOM! 

Kita ga pake pikir panjang beli dan ga pake analysis ba bi bu..
and trakhir "nyangkutz deh di pohon toge..." X_x

Classic story but i believe majority people have done that...

always remember
no matter how wonderful the business is..
it won't be a good investment if we buy it at high price..

UPDATED !!!

PENTING SEKALI before u move on!!!
VALUATION IS JUST A FINAL TOUCH OF A FUNDAMENTAL ANALYSIS
Sebelum melakukan valuation pastikan 3 puzzle  (BUSINESS, MANAGEMENT, NUMBERS) sebelumnya sudah terlewati dengan baik. Anda dapat membacanya di sini.

Before that.. 
Konsep valuasi ini dasarnya adalah memproyeksikan aliran kas bersih yang diterima perusahaan pada masa mendatang dan mendiskonnya kepada saat ini dengan tingkat imbal hasil yang reasonable.
Jika hasil valuasi > market  == murah, BELI
Jika hasil valuasi < market == mahal, JUAL

always remember 
"price is what you pay, value is what you get" - Warren Buffet

Ok tanpa banyak ba bi bu.. here's how to value a company (in general)
sample case : PGAS 28 november 2013

STEP 1 : choose the projection growth rate (g)


FCF = Operating Cash Flow - Capital Expenditures

FCF 2012 : 1166 - 159 = US1.007 (dalam juta USD)
share outstanding  : 24.24 Milyar
FCF per share = 395 (using 1US = 9500 end of year 2012)

growth rate : 13.29% (kita asumsikan growth 13.29% , why? karena growthnya paling jelek ada di pertumbuhan EPS 3 taun hanya 13.29%, so we assume the worst) :D

STEP 2 : Discounting risk free rate interest rate / required return (k)
Academic people tend to use CAPM
CAPM : Risk free + Beta * (market premium)
but... here my suggestion

pake cara cepet:
penulis suka pake 15-20% (tergantung nature bisnis perusahaan, semakin predictable earningnya maka akan semakin kecil required returnnya)

little notes :
*kenapa minimal 15%? Simple.. kl sekarang deposito bank bisa sampe 9-10%, kenapa saya harus simpen di saham kl returnya kurang dari 15%, ato katakanlah 12%..
mending simpen di deposito kan :D

in short PGAS i used 15% (why? karena predictable earningsnya)

STEP 3 : Adding the discounted FCF to obtain the intrinsic value
STEP 4 : Calculating the residual value / terminal value
STEP 5 : Margin of safety


Voila... Done..
Tampaknya PGAS dihargai diskon 33% dari nilai fair valuenya..
quite tempting!!

Last notes:
"It's far better to buy a wonderful company at a fair price than a fair company at a wonderful price"
"It's better to be approximately right than precisely wrong" - Warren Buffet

Catatan penulis :
Hitungan paling common adalah FCF but mostly banyak kendala dengan OCF negatif ataupun CAPEX yang besar sehingga FCF negatif.. Bila FCF negatif maka akan sulit untuk menghitung fair value menggunakan metode ini.

FCF = free cash flow
OCF = operating cash flow
capex = capital expenditure
Untuk itu nanti penulis akan share lagi pendekatan valuasi menggunakan pendekatan yang berbeda:)


Stay tuned
Subscribe this blog and spread it if u find useful.
Shendy Lukito